oleh D. Sebayang

Month: September 2022 (Page 2 of 7)

SEBAYANG’S SCHOOL OF FUTURE LEADERS- KARO SINURAYA- HANYA MENGEJAR MAKAN DAGING KELILING DUNIA

Jld 5,
Empat puluh tahun ku tinggalkan Tanah Karo.

Beberapa minggu aku jaga parkir, Lae temanku njaga parkir ini, bilang padaku.
“Kau kan Sinuraya, di Tanjung Pinang ini ada juga Sinuraya, dia orang hebat. Pergilah kerumahnja, mana tau kau bisa di bantunja” katanja.
Memang, sebelumnja ada juga orang menegurku,”ngapain kau njaga njaga parkir begini. Di Tanjung Pinang ini, ada marga Sinuraya orang hebat, pigi lah jumpai” kata orang itu.

    Kuputuskan menjumpai Orang Karo marga Sinuraya itu, yg beberapa kali ku dengar dari orang orang di pasar. Kuambil Ojek, maka diantarlah aku ke alamat yang aku sendiri tidak kenal orangnja. 
    Dengan perasaan tegang dan gugup, bercampur baur, aku di bonceng oleh bang Ojek, melewati jalan berbelok belok mendaki, sebelah kanan jalan itu, terjal,  dibawah terhampar laut biru yang yang luas. Sekali lagi jalan agak mendaki dan membelok ke kiri, tiba tiba ojeknja berhenti di depan sebuah rumah agak besar. Begitu kubayar ongkosku, pergilah bang Ojek itu. 
Di beranda depan rumah itu, ada seorang perempuan umur 35an yang lagi duduk sambil minum kopi.

Ketegor, “apa ini rumah Pak Sinuraya, Buk..?” kubilang.
“ya..!” katanja singkat. Terus dia diam. Dia tidak tanja siapa saya? Ada apa? Dari mana?. Wah… saya jadi kaku, termangu, salah tingkah, gak tau apa mesti kubuat. Berdiri bisu sambil memikul tas ransel yg ku jahit sendiri.
Di depan rumahnja, dimana aku berdiri bisu, ku tolehkan kebelakang ada tempat duduk dari papan. Kutuju tempat duduk itu, dan duduk dengan gelisah dan bingung.
Jadi aku duduk di kursi papan, persis menghadap ke arah depan rumah, yang mana perempuan umur 35an itu lagi duduk. Jadi kami duduk berhadap hadapan, berjarak sekitar 8 meter, cuma saling bisu bisuan. Terus ku bilang sama perempuan itu,
”buk, aku mau beli rokok dulu”
“ya”, katanja singkat, tanpa menoleh padaku.
Dengan kepala penuh pertanjaan, sambil jalan agak menurun mencari warung rokok.
Pulangnja aku kesasar. Soalnja, sewaktu ke warung tadi, pikiranku kacau balau, linglung. Jadi tidak memperhatikan jalan yang ku lalui, biarpun tadi terlihatku rumah kiri kanan, tapi aku berjalan dengan pikiranku yang kacau.
Setelah kutanja pada orang yang berpapasan denganku,
“mana sini rumah Pak Sinuraya, dek?” kubilang. Ditunjukkannja, persis satu rumah lagi di depanku, dimana aku berdiri. Wah.. aku sudah lupa, tidak ingat lagi, maklum pikiran kacau. Dan duduk lagi di kursi dimana tadi aku duduk, sebelum beli rokok.
Tak lama berselang sekitar jam 6 sore, datanglah Mobil warna kuning tua. Saya berpirasat inilah mungkin bapak itu. Betul, persis di depanku berhenti mobil warna kuning tua itu, keluarlah seorang laki laki umur
35an agak gemuk. Dia lebih pendek dariku dan kulitnja putih. Dan perempuan yang tadi duduk minum kopi, datang menjambutnja. Rupanja dialah istrinja yang dari tadi kami bisu bisuan.
Kusambut, “mejuah juah, pa.” kubilang dengan bahasa karo.
“Mejuah juah juah” katanja lagi, tanpa menolehku. Dia langsung masuk kedalam rumah bersama istrinja dan pintunja di tutup. Tinggal lah aku sendiri berdiri terpaku, seperti di hipnotis.
Tidak tau apa mesti kubuat, aku duduk kembali ketempat kursi kayu yang mana tadi aku duduk.
Aku linglung, otakku tidak bisa berpikir jernih. Sepertinja aku di hipnotis melihat adegan apa yang baru terjadi.
Hari mulai gelap, terdengar suara allahwakbar, allahwakbar bersahut sahutan dari mesjid terdekat. Tiba tiba
“ kreek.. krek..krek.” suara jendela kacanja, semua di tutup. Wah..! sepertinja dia takut melihatku, atau
“apakah aku ini berubah jadi hantu, setelah ada suara allahwakbar itu?, maka langsung semua jendelanja di tutup. Dia takut aku masuk?” begitulah bertubi tubi otakku bicara.
Wah.. bingung, hanja saja otakku seperti batu, tidak bisa berpikir lagi, sock dan plong.
Hari tambah gelap, aku masih duduk dengan tatapan kosong, terpaku seperti orang budda.
Saya tidak tau udah berapa lama aku duduk terhipnotis. Tiba tiba datang seorang anak muda menegurku, “ dari tadi saya perhatikan abang duduk disini, hari sudah gelap, ayo kerumah bawa tasnja” katanja. Rupanja dia juga numpang di rumah pak Sinuraya ini, famili dari istrinja.
Aku dibawa ke tempatnja, suatu kamar, diluar. Terpisah dari rumah besar itu.
Bersambung..

SEBAYANG’ S SCHOOL OF FUTURE LEADERS- KARO SINURAYA- PEMIMPI TANGGUH PENJELAJAH DUNIA

Jld 4
Empat puluh tahun ku tinggalkan Tanah Karo.

   Dari mic pengeras suara terdengar lagi,    
 “saudara saudara yang tujuannja ke Tanjung Pinang, harap turun…!!”

Beberapa menit kemudian terdengar lagi, “saudara saudara yang tujuannja Tanjung Pinang, harap turun.”
Aku sangat takut, tersirat dalam benakku, kuikutkan saja kapal ini ke Jakarta. Soalnja, kedua temanku dari Jalan Sakti, dia ke Jakarta menjumpai Abangnja. Apalagi satu kawanku ini udah pernah ke Jakarta, dan di Jakarta banjak Orang Karo.

  Begitu penumpang penumpang sibuk mengangkat barangnja turun dari Kapal Tampomas. Aku pun bergegas mau turun, kusalami kedua temanku dengan muka menunduk, ingin menjembunjikan mukaku yang pucat.
 “Ma enggo me nak..!” ku bilang, dengan suara agak gugup dan tanganku menggigil menjalaminja.  Dalam hatiku, mungkin aku tidak akan berjumpa lagi dengannja.    
 Ku ikutkan penumpang turun melalui tangga kapal. Dibawah bersandar Ponton, yang di tarik kapal kecil. Menunggu penumpang dan akan membawanja ke Pulau Bintan.
   Di atas Ponton yang di tarik kapal kecil dari Kapal Tampomas ke Pulau Bintan, aku duduk diam termenung, takut, sambil mendekap tas Ransel yang ku jahit sendiri.
    Dan hatiku berbicara, 
   “sekarang aku sudah berpisah sama temanku dari Jalan Sakti, dan sudah berpisah sama keluargaku. 
  Aku sudah tiba ketempat yang ku tuju, tapi kemana…?”

Tidak ada alamat yang di tuju, dan tidak ada yang menunggu. Inilah membuatku mulai dari jalan sakti, banjak diam, banjak berpikir, dan takut.
Tiba di pelabuhan Tanjung Pinang, orang keluar, aku pun keluar. Ku ikutkan orang jalan.
Sesampainja di gerbang, banjak sekali manusia berdiri menunggu familinja yang baru datang dari Belawan.
Tapi banjak juga menawarkan jasanja,
“Ojek, bang!!!.. Ojek, bang!!..ada lagi,Taksi bang!!!…Taksi bang!!…mau kemana bang?…kemana bang?..”katanja.
Aku diam saja, jalan asal jalan. Aku keluar dari gerbang pelabuhan, ku jalani saja kemana orang yg ramai. Tak jauh dari pelabuhan itu, nampak toko toko berderet dan ramai sekali.
Aku jalani semua jalannja, ingin mengenali kotanja Tanjung Pinang. Beberapa kali aku jalan mondar mandir, rupanja kotanja tidak besar.
Setelah capek berjalan kaki, aku berhenti di satu jalan yg terpanjang yg sudah ku lewati. Jalan itu, di apit oleh toko toko, di depan toko itu berjejer Motor roda dua, lagi parkir.
Kuperhatikan setiap orang mengambil Speda Motornja, ada orang menagih uang. Dalam hatiku, “dia pasti penjaga parkir dan dia pasti orang Medan, soalnja mukanja empat segi dan muka tempur.” Kuberanikan mendekatinja. Dan kusapa,
“Orang Medan bang.!” kubilang.
“Ke..napa rupanja..!!” katanja, dengan nada membentak.
Tidak bang, aku pun dari Medan, baru datang. Apa bisa mbantu mbantu abang?
“Ah…!! kalo kau..! tidak malu macam aku ini, kau bantu bantu akulah” katanja. Rupanja dia bukan marah memang begitu suaranja, dan dia anak Siantar.
Setelah aku di perkenankan mbantu bantu jaga parkir, sama Lae anak Siantar ini, aku sangat senang. Yang penting nanti malam ada tempat berlindung.
Setelah selesai menjaga parkir, aku di ajak ke rumahnja.
Rupanja bukan rumah, tapi Gudang Kantor. Kami tidur di kursi panjang berselimutkan Koran. Malam itu, saya habis di gigiti njamuk.
Begitulah hari hari aku membantu menjaga parkir, hanja untuk sesuap nasi bungkus. Nasinja kadang ada ikannja, kadang tidak. Hanja nasi sama sayur dan sambal.

  Suatu hari ada cewek cantik mengambil motornja. Lantaran cantiknja saya tidak berani menagih uang parkirnja. Si Lae, marah sama aku,
   “kee..napa!! kau tidak minta uang parkirnja..!” bentaknja.

MSemang susah kalo senang nengok cewek cantik he he.

  Di Tanjung Pinang ini, beberapa anak muda nganggur yang pernah di Singapore, bahkan ada yang pernah di Jerman dan rata rata Pelaut. Jadi tidak salah aku ke Tanjung Pinang ini, bisa kudapat berita dari Singapore.

Kutanjai anak anak muda ini, bagaimana caranja ke Singapore, dimana di Singapore tempat cari kerja dan dimana tempat tinggal.
Dia bilang, “kalo kau mau ke Singapore, bikin Pasportmu dan buku pelaut. Di Singapore banjak kerja, di darat dan di laut. Juga dia sebutkan nama tempat cari kerja dan tempat tinggal.
Bersambung..

SEBAYANG’S SCHOOL OF FUTURE LEADERS- KARO SINURAYA , PENGEJAR MIMPI DENGAN MAP TUA

Jld 3. 40 tahun ku tinggalkan Tanah Karo.
Aku menuju Mobil Sutra yang telah menunggu kami bertiga.
Perasaanku waktu itu seperti di tangkap Polisi, resah, takut, mukaku pucat. Dengan cepat ku naiki Mobil Sutra itu, tidak memandang kiri dan kanan, lantaran hatiku masih bergrumuh.
Didalam Mobil Sutra itu, aku diam. Mataku menerawang jauh dengan tatapan kosong. Hatiku bertanja, “kemana saya pergi ini..?” Soalnja tidak ada gambaran yang akan kutuju, hanja Pulau Bintan yang selama hidupku belum pernah kudengar, dan pertama kali keluar kampung pula.

 Ada yang tidak bisa kulupakan, sewaktu kami bertiga sudah diatas mobil Sutra itu, banjak mamak mamak se Jalan Sakti, mengucapkan selamat jalan pada temanku yang ke Jakarta menjumpai abangnja. Ada juga menjalamkan uang, sungguh sesak hatiku melihatnja. Begitu banjak orang, tiada satupun mengucapkan Selamat Jalan dan berjabatan tangan denganku. Bahkan orang tuaku sendiri dan familiku tiada satupun di antara kerumunan itu, ikut membrangkatkan kami. Sepertinja Hantu, Iblis, dan seluruh Anak  Jalan Sakti benci padaku dan gembira atas kepergianku, dan mengolok olokku,
“itu si Yos diatas Mobil Sutra, duduk di bangku depan pula, itu.. ! dia lagi menunduk, mampus kau patatmu, tak usah ku tengok lagi kau di Jalan Sakti ini,” begitulah kurasakan dari caranja  dia memandangku. Aku rasakan kala itu, terusir dari kampungku.

Di Kapal Tampomas kami tidur di deck, dengan penumpang yang penuh sesak, dan panas. Penumpangnja menampakkan wajah wajah ceria. Mungkin terbayang dalam otaknja, dia akan berjumpa dengan kekasihnja atau keluarganja atau terbayang  kota Metro Politan, Jakarta.     
Tapi lain halnja dengan aku, terbayang dalam otakku mungkin Hantu atau Kuntilanak yang menungguku.

Aku naik ke atas anjungan kapal, mau melihat lihat sekitarnja dari atas anjungan kapal  itu, jelas terlihat  penumpang penumpang dan pengantarnja. 
Ada juga Grup Ben di atas, di sampingnja Kapal Tampomas. Dia lagi membawakan lagu lagu yg lagi hit pada jaman itu. Terahir dia menjanjikan lagu Sayonara, menandakan kapal akan berangkat. Maka para pengantar banjak yang menangis histeris, berteriak teriak, memanggil manggil nama Kekasihnja atau Familinja dan melambai lambaikan tangannja.

Begitu juga, penumpang melambai lambaikan tangannja pada pengantarnja, ada juga yang menangis.
Antara penumpang dan pengantarnja menjunjukkan kedua belah pihak merasa sedih yang amat dalam.
Tapi lain halnja dengan aku.
Tiada tangan yang melambai lambaikan padaku.
Tiada suara berteriak teriak, memanggil manggil namaku
Tiada air mata yang jatuh atas kepergianku.
Tiada muka yang bersedih atas kepergianku.
Tiada orang merasa kehilangan atas kepergianku.
Tiada orang menunggu atas kedatanganku.
Sungguh sedih, sungguh sesak, sungguh pilu hatiku kala itu. Hatiku berantakan tak berarah, terasa dunia seperti kiamat. Tiada seorang pun yang datang membalut hatiku yang luka, tiada seorang pun datang penawar luka hatiku. Mataku meneteskan air mata.

 Aku pergi Somewhere, dan Kapal Tampomas meniupkan sulingnja. Booom…. booomm…dan pelan pelan mulai merenggang dari dermaga pelabuhan.  Dan bangunan bangunan pelabuhan Belawan, sepertinja bergerak dan meninggalkannja.

 Diatas anjungan kapal, aku duduk sendiri merenungi nasibku. Kulemparkan pandanganku jauh ke arah ufuk Utara, ke ufuk Selatan, dan Barat, sejauh mata ku pandang hanja lautan biru yang terbentang di hadapanku.
 Aku bertanja pada diriku, ke ujung manakah kapal ini akan membawaku?. Apakah kapal ini membawa kematianku?. Apa akan ku hadapi di Tanjung Pinang? Apakah disana juga Manusia? Bertubi tubi pertanjaan di benakku. Tiba tiba aku terjaga dari lamunanku dan aku turun ke bawah Deck menjumpai temanku dari Jalan Sakti.

Pagi pagi buta, kapal Tampomas yang aku tumpangi dari Belawan, berlabuh ditengah laut. Dari kejauhan nampak dua gundukan muncuat diatas permukaan  laut. Satu gundukannja kecil, satu gundukannja agak besar. Dalam hatiku, “itulah mungkin Pulau Bintan yang kotanja Tanjung Pinang?”
Perasaanku resah, gundah, sepertinja aku ke Tanjung Pinang akan di adili dan di hukum gantung.
Dari mic pengeras suara, terdengar,

“Saudara saudara yang tujuannja Tanjung Pinang, harap turun..!!”
Terdengar berulang ulang,
Bersambung..

SEBAYANG’S SCHOOL OF FUTURE LEADERS- KARO SINURAYA, PEMBACA MAP TUA KELILING DUNIA

Jld 2.
40 tahun ku tinggalkan Tanah Karo.
Begitulah setiap pulang sekolah, kupelajari Atlas Tua itu. Terutama pulau Sumatra, soalnja dekat ke Malaisya dan Singapore. Suatu hari, ada ku nampak Pulau Bintan, Pulau yang sangat kecil, kalo tidak seksama memperhatikannja tidak akan nampak, di dalam peta itu. Pulau Bintan ini sangat dekat ke Singapore dan Malaisya. Sepertinja hanja melangkahkan kaki saja, udah berada di Singapore.
Melihat Pulau Bintan itu, hatiku deg deg an. Aku berpikir, seandainja aku berada di Pulau Bintan ini, pasti ada berita dari Singapore atau Malaisya. Kalo sudah berada di Singapore, aku bisa jalan darat ke Malaisya, terus ke Thailand, terus Burma, India, Bulgaria, Jerman, Belanda, sampe ke negara negara Scandinavia sana tidak ada mentoknja. Aku sangat tertegun melihatnja, degupan jantungku pun langsung naik.
Dalam hatiku, aku akan ke Pulau Bintan ini, apapun resikonja.
Tapi bagaimana jalannja?… ongkosnja?…Siapa disana?..Ada apa disana?…
Apa disana manusia? atau Kuntilanak?, atau Harimau?. Semuanja berkecamuk dalam otakku. Selama hidupku belum pernah keluar kampung dan belum pernah mendengar Pulau Bintan dengan kotanja Tanjung Pinang. Kalo Jakarta, Bandung, Jogjakarta selalu ku dengar dari teman teman.
Tanja sana.. tanja sini…. orang bilang,
“Kapal Tampomas dari Belawan-Jakarta, berhenti di tengah laut menurunkan penumpang yang tujuannja ke Tangung Pinang. Ada kapal kecil akan menjemputnja.” Begitulah kudengar dari orang yg pernah ke Jakarta.
Begitulah tiap hari kupelajari peta itu, sampe ada teman bilang, ”anak e, tiap wari ngenen peta dahinna”, katanja dalam bahasa Karo.
Bahkan setiap kali aku buka peta itu, seakan akan aku sudah berada di luar negeri.
Setelah beberapa bulan ku pelajari peta itu, aku berbicara pada diriku sendiri, “aku akan pergi dari jalan sakti, biar apapun yang terjadi.”
Sekarang bagaimana caranja untuk ambil ongkos berangkat ke Tanjung Pinang.
Ku ketik satu surat dan di tanda tangani oleh kepala kampung Padang Mas, isinja: Kami mau membikin Pos Siskamling.
Waktu itu musim Pos Siskamling di Kabanjahe. Dengan surat itulah aku mengutip uang sumbangan pada masyarakat. Setelah terkumpul, dengan uang itulah aku bisa beli ticket Kapal Tampomas dan pergi Somewhere.

  Aku sudah nekad, aku akan ke Pulau Bintan biar apa pun yang terjadi. Siang malam pikiranku Pulau Bintan. Aku tidak bisa tidur. Hatiku  takut dan gundah gulana.  Bahkan setiap kali kuingat Pulau Bintan, degupan jantungku langsung melonjak keras. Untung saja, aku tidak mati ketika itu. Atau Tuhan minjimpan hidupku, supaya aku akan merasain getirnja perjalanan hidup ini.
Sering malam malam keluar untuk mendinginkan kepalaku, kepalaku  panas dan berdepuk depuk. Aku sangat takut, aku tidak bisa membayangkan dimana tempatnja yang aku akan tuju itu, 
 Aku akan pergi, tapi tidak ada alamat yang di tuju, dan tidak ada yang menunggu. 
Saya utarakan sama bapakku, bahwa aku akan pergi.
Dia, tanja:   "kemana kau pergi?”
Saya jawab: "Saya mau ke Pulau Bintan..!”
”Dia terdiam, mungkin hatinja gembira, sudah kurang satu mulut untuk di isi. Atau dia terdiam, lantaran tidak tau dimana itu, Pulau Bintan.”

  Tiba waktu pembrangkatan. 

Waktu itu, kami ada tiga orang dari jln sakti sama sama berangkat. Dua kawannku ini, dia ke Jakarta menjumpai Abangnja. Satu udah pernah ke Jakarta.
Lain halnja dengan aku, aku pergi Somewhere.
Sekitar jam 10 pagi, Mobil Sutra datang menjemput kami ke Jalan Sakti- terus Medan dan ganti mobil ke Belawan.
Saya ke rumah mengambil Tas Ransel yang kujahit sendiri. Kudapati bapakku dan mamakku lagi di kamar, pintunja tertutup, mungkin dia lagi bikin anak. Dia tidak keluar kamar untuk menjalamiku dan mengucapkan selamat jalan. Saya tau percis dia tau aku masuk rumah, soalnya rumah kami berlantai papan, kalo jalan dia atasnya papannya berkreok kreok.
Orang tua kurang ajar, biadab. Setiap kali kuingat peristiwa ini, airmataku selalu mengucur. Berat dan terluka prasaan ini menanggungkan.
Kutinggalkan rumahku dengan hati terkoyak koyak dan berjalan dengan muka menunduk. Kulewati gangku menuju mobil Sutra yang telah menunggu kami.
Bersambung..

SEBAYANG’S SCHOOL OF FUTURE LEADERS_ SINURAYA, KARO- PEMBACA MAP KELILING DUNIA

Genap 40 tahun kutinggalkan Tanah Karo.

  Keperkenalkan dulu diriku, Aku lahir di Jalan Sakti, Kabanjahe.
 Di masa kecilku aku beda dengan saudara saudaraku dan anak anak sekelilingku. Aku tidak bisa menerima keadaanku yang serba ke kurangan. Dari itu, aku brontak dalam segala galanja. Sebab itu, saya rasain sebagai penindasan terhadap diri saya, terhadap kesadaran saya.
 Dimasa sekolah, orang tuaku tidak pernah menanjakan tentang sekolahku, bahkan dia tidak tau aku kelas berapa. Apalagi menanjakan Rapport, Ranking berapa? atau naik kelas?  apa cita cita saya?.

Begitulah waktu aku duduk di kelas 3 SMA, tak lama lagi akan tammat, aku sudah tau tidak akan melanjut ke Universitas. Seperti ceritaku diatas orang tuaku melantarkan tanggung jawabnja sebagai orang tua.
Orang tuaku itu seperti kebanjakan orang tua di Indonesia, mencetak anak tidak memikirkan berapa gajinja, dan berapa anak dia sanggup mengasuhnja.
Cetak asal cetak, hanja mengikuti hawa nafsunja. Ahirnja tidak bisa membutuhui kebutuhan anaknja dan menjekolahkannja. Di kaca mata orang berpikiran maju, ini namanja orang tua tidak punja otak.
Lantaran aku sudah tau, bahwa tidak akan melanjut ke Universitas, kuputuskan akan keluar dari Jln Sakti. Aku malu tinggal di Jln Sakti sebagai pengangguran.
Tapi kelur dari Jln Sakti kemana…? Itulah pertanjaan dalam otakku.
Aku menghayal: jikalau aku akan pergi, aku akan pergi jauh, jauh di suatu tempat. Aku mau menghilang. Aku tidak mau lagi di sebutkan namaku. Kenapa ..?: aku malu melihat diriku sendiri dan malu dilihat orang lain. Tiada apa apa yang bisa ku banggakan.

Waktu kecilku, semenjak duduk dikelas dua SD, aku sering menonton film Abri di hari Minggu. Film gratis untuk keluarga Abri di Kabanjahe.
Waktu itu, aku selalu ikut nebeng sama keluarga Abri. Ku pegang tangan anaknja sampe melewati penjaganja yang di jaga oleh tentara. Sampe di dalam ku lepaskan tangan anaknja. Di film itu, aku bisa menengok orang orang Eropa memakai mobil, berpakean necis, orangnja pun gagah gagah dan cantik, rumah rumahnja pun bagus. Waktu itu kubandingkan dengan diriku, hanja baju yang melekat di tubuhku dan hanja pake sandal jepit.
Aku bertanja pada diriku, kenapa orang orang Eropa itu dia bisa berpakean bagus sedangkan aku tidak. Dan dia bisa makan yang enak enak kenapa aku tidak. Semenjak kutonton film itu, jauh didalam lubuk hatiku, aku dibuatnja menghayal.
Sejak aku duduk di bangku SMP hobbyku membaca berita berita luar negri, di surat kabar Kompas dan Sib ( Sinar Indonesia Baru). Dari membaca itu, aku tau semua perkembangan di luar negeri seperti siapa presidennja, negara negara mana saja yang sedang perang dan politik luar negeri. Yang paling kusenangi membaca Perampokan Bank di Amerika dan Cerita Jack the Ripper pembunuh berseri di London.

    Begitu ada rencanaku keluar dari Jalan Sakti, teringat kembali hayalanku waktu masih kecil nonton Film Abri. Juga dari pengetahuanku membaca berita berita luar negegri dari surat kabar. Maka kuputuskan kalo keluar dari Jalan Sakti, aku akan Keluar Negeri, tidak akan ke Jakarta. 

Kenapa tidak ke Jakarta? Seperti ceritaku diatas, aku malu di lihat orang, aku mau menghilang, aku tidak mau disebutkan lagi namaku. Kalo aku ke Jakarta, pasti ada teman atau famili jumpa denganku. Dan dia akan menceritakan sama teman atau famili di kampung, bertemu denganku sebagai kondektur mobil, atau kerja pabrik di Jakarta, itulah aku tidak mau.
Maka kuputuskan aku akan pergi jauh, tidak di Indonesia. Aku akan ke Luar Negeri. Tapi bagaimana bisa ke Luar Negeri? Sedangkan Medan saja, aku tidak tau. Apalagi Jakarta, apalagi Luar Negeri, hal yang tidak mungkin.

    Di dekat rumahku ada kedai kopi, dia punja Atlas tua.

Setiap kali aku ke kedai kopi, selalu ku pinjam Atlas tua itu, untuk
ku pelajari dimana pulau pulau Indonesia dan dimana aku tinggal.
Di Peta tua itu, nampak pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan juga kulihat negara negara di Dunia ini, seperti Uni Sovet, Jerman, Amerika, Inggris, Jepang, Cina Thailand, Malaisya dan benua Australia, Benua Afrika.
Pertama ku pelajari pulau pulau Indonesia, darimana jalannja ke Luar Negeri. Kutengok pulau Jawa, mentok. Mentok arti kata, dari Pulau Jawa tidak ada jalan ke Luar Negeri, semua di kelilingi laut, kecuali pake kapal terbang.
Kutengok lagi Kalimantan, itupun sama, hanja diatasnja Negara Jiran Malaisya Timur, nampak kota Kucing, Kota Kinabalu, Sandakan, Tawao terus mentok lagi, di kelilingi laut.
Kutengok pulau Sulawesi itupun sama, juga dikelilingi laut. Pulau Ambon pun sama, terus jauh dibawahnja ada Benua Australia.
Setiap pulang sekolah aku ke kedai kopi, kupinjam Atas tua itu sama penjaganja seorang perempuan namanja, Butet. “Pinjam sekali Atlasndu Teet….” kubilang. Bersambung.

SEBAYANG’S SCHOOL OF FUTURE LEADERS: PRAKATA BUKU ” DR.PURWANTO SK , SANG PEMBAGI HIKMAH PAGI PESANTREN QLF”

PRAKATA

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

P rakata ini untuk  mengantar Pembaca  mengenal  lebih  jauh tentang  Profil Tokoh  dan jalan  cerita   penerbitan buku  yang berjudul ” Dr. Purwanto SK: SANG Pembagi Hikmah Pagi “

U paya ini merupakan  luaran hasil  interaksi Penulis dan Tokoh  dalam  kurun  waktu  2 tahun  atau  lebih terlebih lebih dalam  masa pandemik. Tokoh ini menginisiasi grup.  Apa kah nama  Grup itu? UMB Khatam Al Quran.  Apa Tujuannya? Tujuan  awal  nya  membaca  Al Quran , merangkum dan membagikan ke sesama.  Apa artinya . Dalam proses  belajar dan mengajar  menurut  bloom taksonomi masih  di peringkat  awal. Sebagai awal sangat baik.  Tapi  itu saja pun  rasanya  kurang  sukses   . Apa kira kira gerangan penyebabnya ? Semua  sudah  tau atau merupakan hal rutin saja sehingga tidak semua  anggota tertarik berbagi. Kurang  berminat? atau  tidak ada waktu?. Tetapi sang tokoh meneruskannya berbagi dengan judul “ Berbagi Hikmah Pagi Pesantren QLF. Katanya hikmah pagi hasil dari bacaan Al QURAN setiap hari dua halaman ditambah dengan membaca hadis atau sumber lain pendukung.

R asanya sayang hikmah berbagi yang disampaikan hampir  setiap  hari.  dan sejak Januari 2022 Hikmah Pagi itu terhapus  dengan  sendiri nya dan di HP saya  dan grup WA itu tersembunyi  dan baru tau kemudian. Di ruang waktu itu Penulis  dalam rangka  mewujudkan  5 B Berdoa, Berfikir, Berbuat, Berbagi dan Bersyukur plus 5 M Membaca ,  Melakukan, Mengajar, Menulis dan Mensyukuri .Lahir lah ide ACC 2 SIM OM.  ACC  Siap Ingin Memuliakan Orang Mulia dan luaran nya yang paling mudah  dan meriah  yaitu  merangkum  tulisan  sendiri  atau  kenangan  Bersama Orang Mulia  antara lain  Orang Tua , Sahabat dan Orang Mulia lainnya.

W alaupun ini merupakan  lanjutan  dari buku sebelumnya antara lain  Buku  Perancangan produk berbasis antioksidan ,  Misteri kehidupan: Kekuatan Doa Impian dan Syukur  . Menyongsong 100 tahun Allah Yarham Ayahanda Mulai Sebayang dan HJS SANG Inspirator

A ku  bukanlah  Siapa  Siapa  dalam  hidup nya sang  Tokoh tetapi  hanya  Pembelajar yang  tak pernah  pandai pandai.

N amun  demikian  Penulis  mencoba belajar mengamalkan apa yang  disampaikan  dan merangkumnya dalam   bab GILA OM.  Gali Informasi Langsung Aksi  Orang Mulia dan ACC 2 SIM OM.  ACC  Siap Ingin Memuliakan Orang Mulia. Penulis atau Pembelajar menambahkan tulisan pengalaman dari hikmah pagi . Cuma itu yang bisa dilakukan Penulis untuk meningkatkan nilai tambah buku ini, Sang Tokoh  berbuat lebih banyak , namun beliau tidak menyampaikan dalam hikmah pagi.

T api  itu hanya  sebagian  kecil  dari seluruh  romantika kehidupan karena  disesuaikan dengan  tema dan file  yang  terselamatkan dalam ruang waktu Agustus 2021 hingga Desember 2021 .

O rang  lah yang  akan menilai   karya kecil ini. Tapi  yang penting  kami  telah  berbuat  sesuatu sebagai  kenang kenangan  hidup  bersama  Sang  Tokoh  dan sahabat  di UMB khatam Al Quran. Hal itu mengingatkan pesan Allah Yarham AYAHANDA yang menyampaikan Muliakan orang lain ketika engkau memiliki kesempatan.  

S emua kami  serahkan  kepada  Allah  Sang Pemilik Skenario Kehidupan yang memberi  kesempatan  masih bisa berbuat untuk sesama  di ujung kehidupan. Tetapi yang pasti buku ini semoga menjadi amal jariah dan kenang kenangan kepada kontribusi  Guru kami Prof. H . Oery yang melatih membuat cerita yang ditampilkan sebagai Doktor VortraG  “ Sang Inspirator P. Habibie”

K alau ada  jarum yang patah  jangan disimpan di dalam peti. Kalau ada kata yang salah  jangan disimpan di dalam  hati.  Toh , ini sebagai pembelajaran kepada Penulis untuk mendogeng untuk anak dan cucu sehingga mereka menjadi generasi Rabbani sebagai bagian dari “ Sebayang’s School of Future  Leaders .  Yang belum baik disempurnakan dan yang sudah baik dilanjutkan .

Wabillahi taufik wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

DARWIN SEBAYANG .jumat barokah. 23. 09.2022

SEBAYANG’S SCHOOL OF FUTURE LEADERS: PENULIS DR.PURWANTO SANG PEMBAGI HIKMAH PAGI PESANTREN QLF

PENULIS

Darwin Sebayang, Penulis merangkap Pembelajar di Hukmah Pagi Pesantren QLF, berkenalan dengan tokoh selaku anggota keluarga besar Universitas Mercu Buana sejak tahun 1997 melalui program studi Teknik Mesin. Saat itu  Pemerintah menetapkan pembukaaan program studi membutuhkan 2 (dua) orang PHD. Penulis baru kembali dari RWTH Aachen – Jerman sesudah menyeesaikan pendidikan Dr. Ing nya.  Kemudian diminta mengurus jenjang fungsional akademis dan di tahun 2001 disahkan sebagai Lektor Kepala.

Dalam kurun waktu 2001 hingga 2011 ,,Penulis berkhidmat juga di Universiti Tun Husseinn Onn Malaysia ( UTHM) dan mendapat penghargaaan sebagai Professor (VK 7) .  Tahun 2011  kembali ke indonesia dan diminta mengurus kepangkatan ke Gurubesar dan ternyata membutuhkan waktu lama sehingga Penulis kembali lagii ke UTHM. Usulan Guru Besar di UMB kemudian ditolak oleh DIKTI karena pengusul sedang di Malaysia.

2014 kembali  ke indonesia karena ingin beristirahat bersama anak dan cucu. Namun UMB memanggil. Apa amanah yang  diberikan sebagai Ka. Prodi Teknik  Mesin: 1. Peningkatan  Akreditasi dan Peningkatan  Sumber Daya Manusia  yang Terbarukan.   Apa usaha yang dilakukan? 1    Pembaharuan Kurikulum dan  Silabus Menurut OBE/ Washington Accord 2 . Pengiriman SDM melanjutkan  ke PHD.  3. Merekrut SDM baru 4. Membuka  Program  Studi Magister Teknik Mesin dan 5. Mengikut sertakan anak muda UMB ke Internasional exhibition for young inventor

Peningkatan  Ranking Universitas menyangkut  Jumlah  Kekayaan Intelektual maka UMB  membuat satu unit  baru  Pusat Inovasi dan Kerjasama Internasional ( Center of Inovation and International Cooperation/ CICI) dan penulis diberi amanah mengnahodai pusat baru itu. . Peningkatan  HAKI  dilakukan dengan pendekatan  Learning By Doing dan Terbarukan sehingga  banyak anak muda bisa  diikutsertakan   . Dalam tempo 2 tahun diperoleh  hampir 40 HAKI berupa  paten paten sederhana dan desain industri.  Kerja sama riset internasional dilakukan pendekatan baru yang  bersifat saling Memuliakan/ a same playing field.

Pengembangan  Sumber Manusia Terbarukan serta  Pengembangan produk inovatif memberi  ide baru  yaitu Pengembangan UMB  menjadi Universitas Generasi ke 4 yang  menekankan kepada  Digitalprenuer dan sosiopreneur. Usaha ini diterjemahkan  dalam Pengembangan Market place  Micpay yang  dirancang khusus sebagai  platform promosi produk inovatif  umb dan sistem proses belajar dan mengajar  berbasis daring. Usaha ini diluncurkan di wisuda UMB dengan  sukses  nya. Namun pergantian pimpinan  Usaha ini terhenti. Sesudah pensiun Desember 2019 dan Maret 2020 pandemik  covid19  melanda dunia  maka terpanggil berkontribusi  dalam penanggulangan  covid19 dan melakukan  hilirisasi dan komersialisasi produk inovatif.  Tidak  saja di teknologi nya tetapi  hingga ke pengguna akhir

Itulah akhirnya yang  mewarnai buku  Dr . Purwanto SK  dalam  bab  GILA OM.  Gali Informasi Langsung Aksi Orang Mulia  dan ACC 2 SIM OM!! ACC MEMULIAKAN ORANG MULIA DENGAN BERBAGI PRODUK INOVATIF GETFIT.MY.ID KE  BERBAGAI LAPISAN MASYARAKAT  BAIK  BERUPA KOMERSIALISASI  WAKAF EKONOMI DAN  HIBAH

Darwin Sebayang,

Pembelajar Hikmah Pagi

« Older posts Newer posts »