Jld 5,
Empat puluh tahun ku tinggalkan Tanah Karo.
Beberapa minggu aku jaga parkir, Lae temanku njaga parkir ini, bilang padaku.
“Kau kan Sinuraya, di Tanjung Pinang ini ada juga Sinuraya, dia orang hebat. Pergilah kerumahnja, mana tau kau bisa di bantunja” katanja.
Memang, sebelumnja ada juga orang menegurku,”ngapain kau njaga njaga parkir begini. Di Tanjung Pinang ini, ada marga Sinuraya orang hebat, pigi lah jumpai” kata orang itu.
Kuputuskan menjumpai Orang Karo marga Sinuraya itu, yg beberapa kali ku dengar dari orang orang di pasar. Kuambil Ojek, maka diantarlah aku ke alamat yang aku sendiri tidak kenal orangnja.
Dengan perasaan tegang dan gugup, bercampur baur, aku di bonceng oleh bang Ojek, melewati jalan berbelok belok mendaki, sebelah kanan jalan itu, terjal, dibawah terhampar laut biru yang yang luas. Sekali lagi jalan agak mendaki dan membelok ke kiri, tiba tiba ojeknja berhenti di depan sebuah rumah agak besar. Begitu kubayar ongkosku, pergilah bang Ojek itu.
Di beranda depan rumah itu, ada seorang perempuan umur 35an yang lagi duduk sambil minum kopi.
Ketegor, “apa ini rumah Pak Sinuraya, Buk..?” kubilang.
“ya..!” katanja singkat. Terus dia diam. Dia tidak tanja siapa saya? Ada apa? Dari mana?. Wah… saya jadi kaku, termangu, salah tingkah, gak tau apa mesti kubuat. Berdiri bisu sambil memikul tas ransel yg ku jahit sendiri.
Di depan rumahnja, dimana aku berdiri bisu, ku tolehkan kebelakang ada tempat duduk dari papan. Kutuju tempat duduk itu, dan duduk dengan gelisah dan bingung.
Jadi aku duduk di kursi papan, persis menghadap ke arah depan rumah, yang mana perempuan umur 35an itu lagi duduk. Jadi kami duduk berhadap hadapan, berjarak sekitar 8 meter, cuma saling bisu bisuan. Terus ku bilang sama perempuan itu,
”buk, aku mau beli rokok dulu”
“ya”, katanja singkat, tanpa menoleh padaku.
Dengan kepala penuh pertanjaan, sambil jalan agak menurun mencari warung rokok.
Pulangnja aku kesasar. Soalnja, sewaktu ke warung tadi, pikiranku kacau balau, linglung. Jadi tidak memperhatikan jalan yang ku lalui, biarpun tadi terlihatku rumah kiri kanan, tapi aku berjalan dengan pikiranku yang kacau.
Setelah kutanja pada orang yang berpapasan denganku,
“mana sini rumah Pak Sinuraya, dek?” kubilang. Ditunjukkannja, persis satu rumah lagi di depanku, dimana aku berdiri. Wah.. aku sudah lupa, tidak ingat lagi, maklum pikiran kacau. Dan duduk lagi di kursi dimana tadi aku duduk, sebelum beli rokok.
Tak lama berselang sekitar jam 6 sore, datanglah Mobil warna kuning tua. Saya berpirasat inilah mungkin bapak itu. Betul, persis di depanku berhenti mobil warna kuning tua itu, keluarlah seorang laki laki umur
35an agak gemuk. Dia lebih pendek dariku dan kulitnja putih. Dan perempuan yang tadi duduk minum kopi, datang menjambutnja. Rupanja dialah istrinja yang dari tadi kami bisu bisuan.
Kusambut, “mejuah juah, pa.” kubilang dengan bahasa karo.
“Mejuah juah juah” katanja lagi, tanpa menolehku. Dia langsung masuk kedalam rumah bersama istrinja dan pintunja di tutup. Tinggal lah aku sendiri berdiri terpaku, seperti di hipnotis.
Tidak tau apa mesti kubuat, aku duduk kembali ketempat kursi kayu yang mana tadi aku duduk.
Aku linglung, otakku tidak bisa berpikir jernih. Sepertinja aku di hipnotis melihat adegan apa yang baru terjadi.
Hari mulai gelap, terdengar suara allahwakbar, allahwakbar bersahut sahutan dari mesjid terdekat. Tiba tiba
“ kreek.. krek..krek.” suara jendela kacanja, semua di tutup. Wah..! sepertinja dia takut melihatku, atau
“apakah aku ini berubah jadi hantu, setelah ada suara allahwakbar itu?, maka langsung semua jendelanja di tutup. Dia takut aku masuk?” begitulah bertubi tubi otakku bicara.
Wah.. bingung, hanja saja otakku seperti batu, tidak bisa berpikir lagi, sock dan plong.
Hari tambah gelap, aku masih duduk dengan tatapan kosong, terpaku seperti orang budda.
Saya tidak tau udah berapa lama aku duduk terhipnotis. Tiba tiba datang seorang anak muda menegurku, “ dari tadi saya perhatikan abang duduk disini, hari sudah gelap, ayo kerumah bawa tasnja” katanja. Rupanja dia juga numpang di rumah pak Sinuraya ini, famili dari istrinja.
Aku dibawa ke tempatnja, suatu kamar, diluar. Terpisah dari rumah besar itu.
Bersambung..